Selamat Datang di web Prodi Pendidikan Agama Islam - Institut Agama Islam Negeri Kudus !

Prodi Pendidikan Agama Islam

Menjadi Pusat Pengembangan Ilmu Pendidikan Agama Islam yang Unggul Berparadigma Islam Terapan.

Hikmah Thaharah (Bersuci) di Era New Normal Sebagai Upaya Membangun Peradaban Islam oleh Generasi Mu

Blog Single

     Akhir tahun 2019 dunia digemparkan dengan munculnya virus baru di Wuhan, Hubei, China. Selanjutnya virus tersebut diberi nama 2019-nCoV atau Novel Corona Virus atau covid-19 (Yusuf, 2020: 177). Di Indonesia sendiri, kasus pertama terpaparnya covid-19 dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020, yakni menjangkit dua warga yang berasal dari Depok, Jawa Barat. Hingga akhirnya pada tanggal 31 Maret 2020 World Health Organization (WHO) menyatakan kepada seluruh dunia bahwa covid-19 merupakan sebuah pandemi. Langkah demi langkah dijalankan untuk mengantisipasi merebaknya covid-19 di Indonesia.

     Beberapa program pemerintahn yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menghadapi pandemi covid-19 adalah dimulai dengan Work From Home (WFH), Physical and Social Distancing, hingga akhirnya menuju New Normal. New Normal ini merupakan sebuah terobosan untuk membentuk sebuah habitat baru, yaitu dengan tetap menjalankan aktivitas kehidupan seperti sedia kala dengan berbagai adaptasi baru. Yakni dengan berjaga jarak, menggunakan masker, tidak bersalaman, dan paling penting adalah senantiasa menjaga kebersihan diri. Terkait dengan menjaga kebersihan diri dalam Islam terdapat syari’at bersuci yang disebut dengan thaharah. Thaharah memiliki makna mensucikan diri, pakaian, ruang dan tempat, serta benda-benda dari hadats dan najis. Ditinjau dari hikmah thaharah menunjukkan bahwa Islam menjawab segala kompleksitas kehidupan manusia. Di satu sisi, pandemi covid-19 membuka peluang bangkitnya peradaban Islam di Indonesia. Banyak masyarakat yang tersadar akan pentingnya menjaga kebersihan diri. Namun sayang, sedikit yang mengingat bahwa menjaga kebersihan diri bukanlah sekedar keharusan di masa pandemi, tidak lain menjaga kebersihan diri merupakan ‘sesuatu’ yang disyariatkan oleh ajaran agama. Oleh karena itu, masyarakat perlu diarahkan ke perspektif yang lebih religius dalam menyikapi segala peristiwa dalam kehidupan agar peluang bangkitnya peradaban Islam menjadi semakin besar.

Hikmah Thaharah

     Thaharah merupakan bagian dari syarat diterimanya beberapa ibadah, diantaranya adalah ibadah sholat sehingga menjadikan thaharah perkara yang penting bagi ummat muslim. Dilansir melalui laman NU online, sebagaimana ibadah yang lain, thaharah memiliki hikmah. Terdapat empat hikmah thaharah yaitu: Pertama, thaharah  merupakan sebuah pengakuan Islam atas fitrah manusia. Manusia adalah makhluk yang cenderung menyukai kebersihan. Manusia fitrahnya akan merasa risih jika bersentuhan dengan hal-hal yang berbau dan kotor. Sehingga Allah memberikan syariat thaharah di dalam agama Islam.

     Kedua, thaharah memuliakan ummat Islam. Manusia merupakan makhluk sosial dan hidup bermasyarakat. Kebersihan diri merupakan salah satu unsur penting dalam menciptakan adanya interaksi sosial yang baik dan lancar. Penampilan yang bersih dan rapi memiliki kecenderungan untuk diterima di kehidupan sosial dibanding dengan orang yang tidak suka menjaga kebersihan. Ketiga, thaharah dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menghadap Allah dengan keadaan terbaik. Segala aktivitas dalam keadaan bersuci diharapkan dapat bernilai ibadah. Terlepas dari itu, Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri. Hikmah terakhir yang terkait dengan kehidupan New Normal adalah thaharah dapat menjaga kesehatan (Khoiron, 2017). Thaharah menjaga keadaan tubuh tetap bersih bahkan tubuh termasuk dalam keadaan suci. Dalam keadaan bersih dan suci seorang muslim cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak hingga menyentuh benda atau yang lainnya sehingga dapat meminimalisir terjangkitnya virus corona.

Generasi Muda Pengusung Peradaban Islam di Era New Normal

     Sebuah peradaban terbentuk karena adanya keselarasan konsep hidup masyarakat atau populasi dalam suatu wilayah tertentu. Sejarah peradaban Islam menunjukkan bahwa peradaban diawali dengan adanya kemajuan di bidang pengetahuan sehingga menghasilkan budi daya manusia yang kemudian beroperasi di sebuah wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pada masa kejayaan Islam diketahui terdapat banyak cendekiawan muslim yang kemudian menghasilkan berbagai macam disiplin ilmu sehingga terciptalah sebuah peradaban Islam kala itu. Prospek bangkitnya peradaban Islam di masa depan masih ada di tangan generasi muda muslim saat ini. Mengapa generasi muda? Generasi muda saat ini adalah orang-orang yang akan menggerakkan roda estafet kehidupan di masa yang akan datang. Generasi muda memiliki kemampuan social control yang artinya dapat mengubah perspektif masyarakat. Dewasa ini masyarakat cenderung mengikuti trend anak muda. Sehingga prospek bangkitnya peradaban Islam menjadi semakin tinggi. Dengan syarat, generasi muda saat ini harus memiliki perspektif yang religius.

     Perspektif  masyarakat merupakan sasaran pertama yang harus digarap dalam upaya membangun peradaban Islam. Akal adalah bekal yang Allah berikan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dari akal, manusia dapat menghasilkan budaya-budaya yang nantinya akan membangun peradaban. Semua yang terkait dengan pengoperasian sektor kehidupan merupakan hasil budi daya akal manusia, baik sistem ekonomi, politik, sosial, dan pendidikan berakar dari akal manusia. Oleh karena itu akal diperlukan untuk memiliki perspektif yang Islami guna membangun peradaban Islam.

     Berbeda dengan generasi muda muslim terdahulu dalam membangun peradaban Islam, senjata generasi muda muslim saat ini bukanlah pena dan tinta melainkan pandai-pandainya berselancar di gelombang dunia maya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sebaik-baiknya. Hikmah terjadinya pandemi covid-19 dengan terbentuknya habbit baru atau kebiasaan baru seperti menjaga kebersihan yang selaras dengan syariat Islam, yaitu thaharah membuka peluang munculnya peradaban Islam yang baru. Tugas generasi muda adalah untuk mengarahkan perspektif masyarakat menjadi perspektif yang religius dalam menghadapi pandemi covid-19 di era New Normal. Selama pandemi masyarakat sangat aktif dalam menjelajahi dunia maya. Berbagai konten, seminar online, hingga macam-macam event yang dilakukan dari rumah sangat marak selama pandemi berlangsung. Dengan perantara dunia maya, generasi muda khususnya generasi muda muslim sangat berpeluang untuk menyemai nilai-nilai ajaran Islam yang dibalut dengan tema bernuansa kehidupan New Normal saat pandemi covid-19. Karena untuk membangun sebuah peradaban, generasi muda perlu untuk menguasai masyarakat.

 

Referensi

Khoiron, Mahbib. ‘‘Empat Hikmah Disyariatkannya Bersuci Dalam Islam.’’ NU Online, 2017. https://islam.nu.or.id/post/read/79265/empat-hikmah-disyariatkannya-bersuci-dalam-islam.

Yusuf, M. ‘‘New Normal Life : Sebuah Refleksi Peristiwa Hijrah Rasulullah Dalam Memaknai Hidup Di Masa Pandemi Covid-19.’’ Nuansa XIII, no. 2 (2020): 176–89.

 

Nur Salamah (PAI B 2018)

Share this Post:

Galeri Photo