Atur Strategi Lawan Arus Radikal di Media Sosial, HMPS PAI Adakan Webinar Radikalisme dan Terorisme
Webinar – Kita masih bisa tersenyum karena kita memang belum merasakan. Dan seharusnya kita paham bahwa media sosial yang kita gunakan saat ini tidak hanya berisi konten bucin dan kisah percintaan kaula muda saja, namun juga yang mengisi dengan konten radikalisme.
Demikian pernyataan Bapak Riza Zahriyal Falah, M.Pd.I. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Kudus dalam sambutan pada acara Webinar Radikalisme dan Terorisme dalam Bingkai Media Sosial, Ahad (18/10).
Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Kudus yang bekerjasama dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) ini menghadirkan Bapak Rijal Mumazziq Zionis, M.H.I. (Rektor INAIFAS, Ketua LPT PCNU Surabaya dan Penulis) dan Bapak Wahyu Khoiruzzaman, S.Kom.I., M.S.I. (Dosen IAIN Kudus, Aktivis dan Pegiat Media).
Dalam kesempatan tersebut, Gus Rijal, mengatakan bahwa yang menjadi target utama doktrin radikalisme dan terorisme adalah orang cerdas dengan ilmu agama yang kering. Bahwa strategi propagandanya tidak hanya dilakukan dalam dunia nyata saja, namun juga dilakukan dalam dunia maya, utamanya media sosial.
‘‘Mereka biasa menggunakan web, video dan facebook sebagai media doktrin. Teknik propaganda yang digunakan biasanya dengan menggunakan meme, hadis-hadis jihad dan kutipan tokoh-tokoh jihadis.’‘tegasnya dalam acara webinar yang dilaksanakan melalui zoom meeting. ‘‘Selain itu, mereka juga sering menggunakan konten-konten dengan menampilkan kekejaman penguasa untuk mengajak membenci pemerintah.’‘ tambahnya.
Bapak Wahyu Khoiruzzaman, S.Kom.I., M.S.I. pada kesempatan tersebut mengatakan, perlunya sikap bijak ketika menggunakan media sosial dan kontribusi dengan memberikan konten moderasi dan penguatan ideologi.
Menurutnya, sekarang pola informasi telah berubah. Sekarang bukan eranya orang untuk mencari informasi, tapi orang yang dicari oleh informasi. Jadi, kita sebagai pengguna media sosial dihadapkan pada banyak konten informasi berasal dari banyak sumber tanpa adanya filter. ‘‘Maka sebagai penerima informasi, marilah bijak bermedos dan buatlah konten tentang moderasi dan penguatan ideologi.’‘ tutupnya. (Aan/Wafa)