Siap Hadapi Era Society 5.0, Kolaborasi Tiga Prodi Tarbiyah Selenggarakan ICIE dan Call for Paper

Blog Single

Program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berkolaborasi dengan Pendidikan Guru Madrasah Ibdtidayiah (PGMI), dan Pendidikan Piaud Usia Dini (PIAUD) selenggarakan ICIE (International Conference on Islami Education) and Call for Paper pada selasa (6/302021). Acara ini berlangsung secara virtual yang disiarkan melalui zoom meeting.

Dalam acara tersebut telah dihadiri oleh dua narasumber utama, yakni  Prof Madya Dr. Kamarul Azmi Jasmi (Universitas Malay) dan Arif Widayatmoko, S.Pd, M. Pd, Ph.D, in Ed. (Universitas Negeri Semarang) serta sebanyak 225 partisipan.

Konferensi kali ini yang mengusung tema ‘‘Innovation in Islami Education Challenge and Readiness in Digital Era’‘ guna mempersiapkan  para praktisi pendidikan Islam yang unggul dengan melihat tantangan dan peluang di era Society 5. 0,’‘Jadi para praktisi Islam nanti sudah siap bersaing dalam memanfaatkan  teknologi dalam pembelajaran pendidikan Islam’‘, ungkap Riza  Zahriyal selaku Ketua Program Studi PAI.

Ia juga menambahkan konferensi ini sekaligus dapat mempererat tali persahabatan antar perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi di luar negeri untuk memunculkan program-program baru, ‘‘Tujuannya juga dapat memunculkan program pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa, penelitian di perguruan tinggi luar negeri, supaya kita dapat juga bersaing’‘,  kata Riza.

Dalam konferensi tersebut, Arif Widayatmoko selaku narasumber menjelaskan pada abad 21 guru harus menguasai tiga tantangan yakni, learning skill (critical thinking, creativity, collbaration, communication), literacy skills, (information, media, technology) dan life skills, (fexibility, leadership, initiate, producticity, social skills). Sehingga, keterampilan guru tersebut dapat dikontribusikan dalam pencapaian karir siswa dimasa depan, ‘‘Secara keseluruhan, keterampilan guru inilah yang dapat mengkontribusi secara besar masa depan siswanya’‘, ujar Arif.

Sependapat dengan Arif, Madya juga mengungkapkan Guru Pendidikan Islam (GPI) harus mampu  memenuhi lima kriteria prefosionalisme, yaitu pengajaran pembelajaran, kepribadian, ilmu dan pengalaman, motivasi, kemahiran diri. Menurutnya, keprofesionalan GPI juga perlu diperkuat oleh kajian kepustakaan dan kajian lapangan. ‘‘Selain dari kelima itu, profesional GPI harus di perkuat dengan kajian kepustakaan dan kajian lapangan’‘, ujar Madya.

Arif juga menegaskan bahwa solusi dalam menghadapi guru di era Society 5.0 harus diperkuat dengan pendidikan karakter, dan nilai-nilai karakter Islam, ‘‘Jadi guru itu menghadapi tantangan masa depan harus diperkuat dengan pendidikan karakter dan nilai karakter islami sebab inilah yang terpenting’‘, tegasnya.

Nonik, selaku fresh graduation PGMI 2021 mengaku merasa beruntung mengikuti konferensi ini sebagai bekal utama dalam mempersiapkan pembelajaran era Society 5.0., ‘‘Jadi kita tahu yang dilakukan guru ndalam mengajar di era kedepan’‘, katanya.

Sedangkan, menindaklanjuti konferensi tersebut, prodi PAI dan dua kolaborator lainnya juga mengadakan Call for Paper yang berhasil mengumpulkan 19 paper dari 34 peserta dari berbagai daerah. Menariknya Call for Paper kali ini bukan hanya diikuti para dosen, namun sejumlah mahasiswa yang tergugah dalam mengasah karya ilmiah.  ‘‘Saya tertarik sebab ini acara 3 (tiga) kolaborasi serta saya dapat bersanding serta belajar bersama para dosen’‘, tuturnya.

Ketua Prodi PAI, Riza Zahriyal berharap kesiapan para calon guru dan dosen dapat meningkatkan tingkat kuliatas pendidikan, khususnya  pendidikan Islam di era society 5.0, ‘‘Semoga dari acara ini kulitas pendidikan Islam semakin meningkat’‘, harapnya. (Alfia)

Share this Post1: